Beranda | Artikel
Revolusi Yang Tak Diimpikan
Jumat, 27 Januari 2017

Sejarah kehidupan umat manusia adalah sebaik-baik guru dan cerminan bagi setiap orang berakal dan berfikir.

Kata orang Arab:

لا تعجبن من هالك كيف هوى – بل فاعجبن من سالم كيف نجا

“Jangan kagum melihat orang yang jatuh binasa bagaimana ia terjatuh, tetapi belajarlah kepada orang yang selamat bagaimana ia selamat”.

Sejarah kejatuhan negeri Iran dari negeri Ahlus Sunnah menjadi negeri para Mullah dengan revolusi yang digulirkan “Imam Besar Spiritual Khumaini” adalah bukti sejarah dari kebenaran sabda Nabi kita yang Mulia dalam bersabar terhadap penguasa yang zalim.

Nabi mengetahui bahwa kelak akan muncul penguasa-penguasa yang zalim atas rakyatnya, merampas hak-hak mereka dan mengebiri kebebasan mereka, agar ummat tidak tergelincir ke dalam jurang kebinasaan.

Beliau ingatkan kita dengan petuah yang tak ternilai harganya. Lebih indah dari “igauan orang-orang” yang tidak puas dengan warisan Nabinya, masih terpukau dengan wasiat warisan kaum yang telah menumpahkan darah Khalifah Ali bin Abu Thalib- khawarij-dan yang semisalnya.

Dari Alqamah bin Wa’il al-Hadrami dari Ayahnya ia berkata:” Salamah bin Yazid Al-Ju’fi bertanya kepada Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam-: “Wahai Nabi.. bagaimanakah pandangan tuan sekiranya datang pada kami para penguasa yang menuntut hak-haknya kepada kami, tetapi mengabaikan hak-hak kami atasnya, apakah kiranya titah tuan?. Pada kali ke tiga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun menjawab:

اسمعوا وأطيعوا فإنما عليهم ما حملوا وعليكم ما حملتم

dengarkan dan patuhi, sesungguhnya mereka akan ditanyakan tentang apa yang mereka emban dan kalian akan pula ditanyakan atas apa yang kalian emban” (HR. Muslim).

Lebih jelas lagi Nabi menggambarkan kelak kemunculan para penguasa berhati iblis dan berwajah manusia. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي،وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس

Akan datang masanya kelak setelahku para penguasa yang tidak mengikuti petunjuk dan sunnahku, dan akan ada diantara mereka orang-orang yang berhati syetan dalam wujud manusia

Maka Hudzaifah bertanya:” apa yang harus ku lakukan dikala itu wahai Rasulullah sekiranya aku ada di masa itu”?

Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab:

تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع

Dengar dan patuhi pemimpinmu sekalipun ia mempecut punggungmu dan mengambil hartamu, dengarkan dan patuhi” (HR. Muslim).

Dengan meninggalkan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mengikuti seruan musuh-musuh Islam, maka lenyaplah kekuasaan Ahlus Sunnah di Iran, dan hilang menara-menara yang menyerukan “hayya ‘alal falah” berganti dengan seruan “hayya ala khairil amal” (lafadz adzan ala syi’ah, ed).

Puji-pujian kepada para sahabat berganti dengan celaan dan sumpah serapah bahkan cacian dan makian.

Negeri yang pernah mengeluarkan generasi terbaik ummat semisal Salman Alfarisi dari generasi Sahabat, dan para ulama-ulama besar semisal Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, Abu Hatim Ar-Razi, Abu Daud, Ibnu Majah, Abu Ja’far At -Thabari, Baihaqi, maupun ImamAl-Bukhari dll. berganti menjadi negeri yang mengeluarkan kaum Munafikun -Rafidhah- menjadi detonator pemicu pemberontakan di berbagai Negeri Islam.

Semua bermula dari sepak terjang penguasa tirani Syah Muhamad Reza Fahlevi yang menyengsarakan rakyatnya.

Hal tersebut menginspirasi rakyat untuk memberontak. Seluruh elemen dan kelompok-kelompok di masyarakat, apapun idiologi dan kecenderungannya, lintas mazhab, baik yang Syiah, Ahlus Sunnah bahkan Komunis bersatu padu menghadapi musuh bersama, diktator besar Syah Muhammad Reza Fahlevi.

Untuk mewujudkan mimpi mereka, harus dinobatkan orang yang paling berpengaruh dan paling membenci Syah Iran kala itu. Kesepakatan tegak untuk menobatkan Khomeini sebagai Imam Besar mereka, sebagai simbol perlawanan terhadap penguasa.

Khomeini disanjung setinggi langit sebagai tokoh agama yang zuhud, wara’ , ‘taqwa, tak butuh kekuasaan maupun gemerlap dunia. Seluruh media massa tak kalah menyiarkan berita kehebatannya dapat menyatukan berbagai garda para pejuang yang beraneka ragam.

Janji-janjipun diumbar bahwa ia akan menerapkan syariat Islam bila revolusinya berhasil.

Khomeini menang, Syah Tumbang dan dalam waktu singkat berubahlah haluan negeri Ahlus Sunnah itu menjadi negeri yang paling zalim terhadap Ahlus Sunnah. Semua masjid, sekolah dan madrasah Ahlus sunnah dihilangkan. Para alim ulama mereka di teror dan dibunuh. Tinggalah Negeri Salman Al Farisi itu kenangan pahit yang tak terlupakan, menjadi tangisan sepanjang zaman atas kecerobohan mempercayai kaum Rafidah sebagai pimpinan, dan buah dari pemberontakan yang menjadi mimpi buruk para mujahidin yang tertipu.

Sejarah seperti di ataskah yang akan di tiru anak bangsa ini..?

Pemimpin spiritual yang seperti itukah yang menjadi impian anak bangsa ini?

Tak layak seorang muslim terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali.

***

Solo, 28 Rabiul Akhir 1438/ 26 Jan 2017.

Penulis: Ust. Abu Fairuz Ahmad Ridwan, Lc.

Artikel Muslim.or.id

🔍 Berbakti Kepada Suami, Cinta Nabi, Cara Tinggal Di Madinah, Cara Menghilangkan Keraguan Menurut Islam, Pemimpin Wanita


Artikel asli: https://muslim.or.id/29341-revolusi-yang-tak-diimpikan.html